Wednesday, 18 April 2018

Pemanfaatan Media Sosial dalam Optimalisasi Profesi Bidan dalam Komunitas

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai urusan kehidupan saat ini sudah tidak dapat dihindarkan lagi. Arus perkembangan ini sangat deras mengiringi perkembangan teknologi yang terus menerus berubah dari waktu ke waktu. Tumbuh suburnya berbagai jenis media sosial merupakan puncak kejayaan teknologi informasi dan komunikasi di era ini. Media sosial dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mempermudah komunikasi, penyebaran informasi, dan juga sebagai sarana hiburan semata.

Profesi bidan sangat erat kaitannya dengan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, secara khusus ibu dan anak. Cita-cita ini akan semakin mudah terwujud apabila promosi-promosi kesehatan melalui metode edukasi KIA dilakukan secara berkesinambungan oleh bidan. Salah satu media yang digunakan adalah media sosial berbasis teknologi.

Para bidan, terutama bidan pendidik hendaknya dapat memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Whatsapp dalam mengoptimalikan perannya di tengah-tengah masyarakat. Kehadiran bidan di media sosial akan menjawab harapan masyarakat tentang materi-materi edukasi kesehatan ibu dan anak. Bidan dapat menjadi sumber rujukan untuk menjawab pertanyaan terkait masalah-masalah kesehatan ibu dan anak yang dihadapi oleh pengguna media sosial.

Penyebaran filosofi kebidanan harus terus disampaikan kepada masyarakat, bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sebuah hal yang fisiologis. Kehamilan dan persalinan adalah hal yang bersifat alamiah, bukan suatu ancaman atau berupa penyakit yang diderita. Persepsi ini akan menguatkan masyarakat dari sudut pandang kejiwaan, dalam hal ini kejiwaan ibu/calon ibu.

Penyebaran opini tentang perlunya bidan memanfaatkan media sosial dalam mengoptimalkan perannya di tengah masyarakat harus terus didukung dan dilanjutkan. Agar terjadi harmonisasi dengan upaya-upaya pemerintah, bisa saja pemanfaatan media sosial oleh bidan diatur dengan regulasi turunan dari UU Kebidanan (jika nanti telah disahkan). Hal ini sekaligus untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan di dunia maya yang mungkin saja terjadi terkait profesi bidan.

(Lintasan Pikiran)

Sunday, 15 April 2018

Program Doktor (S3) Ilmu Kebidanan (Sebuah Penantian)

Kita mengapresiasi perjuangan IBI dan AIPKIND, serta seluruh pihak terkait yang telah memperjuangkan pendidikan kebidanan di Indonesia hingga jenjang Program Studi S2 Ilmu Kebidanan (bergelar M.Keb.). Lulusan yang telah bergelar M.Keb. sudah mulai tersebar di penjuru nusantara mulai dari Aceh dan barangkali hingga Papua. Perguruan tinggi swasta baik negeri maupun swasta sudah semakin banyak yang membuka Prodi S2 Ilmu Kebidanan. Kita berharap, jumlah lulusan M.Keb. yang semakin banyak dari waktu ke waktu akan memberikan andil positif bagi dunia kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya di ranah pendidikan kebidanan.

Perjuangan berikutnya adalah melahirkan jenjang pendidikan akademik tertinggi di bidang ilmu kebidanan yaitu melalui lahirnya Program Studi Ilmu Kebidanan (Doktor Ilmu Kebidanan) pertama di Indonesia. Mungkin saja sebagian besar M.Keb. sudah bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya hingga jenjang doktoral, tetapi karena prodi tersebut tidak tersedia di dalam negeri maka terpaksa harus menempuh pendidikan di luar negeri. Prodi S3 Ilmu Kebidanan (Doctor of Midwifery) sudah banyak ditawarkan oleh perguruan tinggi di luar negeri. Ketika saya melakukan penelusuran di google dalam waktu cepat ditampilkan beberapa Prodi S2 Ilmu Kebidanan antara lain: Doctor of Midwifery dari Jefferson (Philadelphia University - Thomas Jefferson University) (Amerika Serikat), Midwifery PhD dari The University of Manchester (Inggris), Clinical Doctorate in Midwifery dari University of Stirling (Skotlandia), Doctorate in Midwifery dari National University of Ireland Galway (Irlandia), dan lain-lain.

Kita berharap agar dalam waktu dekat, Prodi S3 Ilmu Kebidanan dapat hadir di PTN/PTS di Indonesia (sebuah penantian). Apakah PTN di Pulau Jawa lagi yang memulainya? Biarlah waktu menjawabnya.