KAJIAN DARING KELAS edu-KASIH (Seharusnya diposting tahun 2017)
Hari, Tanggal : Selasa, 14 November 2017
Pukul : 11.00 – 12.10 WIB
Tema Kajian : Peran Suami dalam Mengelola Kecemasan
Pasangan Suami Isteri, Terutama Keluarga Baru
Narasumber : Tanti Diniyanti, S.Psi., Psikolog.
Moderator : Abu Khalid
Materi Pengantar Kajian:
(Dikirimkan oleh Narasumber dalam format PDF)
Sesi Tanya Jawab:
Pertanyaan 1
Pak AP dari Bekasi
Saya ayah, alhamdulillah dikaruniai 2 anak, laki-laki dan
perempuan. Saya mau bertanya.
Saya sering cemas ngeliat anak pertama saya (laki-laki),
2 tahun 10 bulan yg suka over acting, tantrum, ngamuk2 kalo ada orang yg nengok
adenya yg masih bayi.. Kayak cemburu
gitu. Cara mengatasi nya gmn ya?
Jawaban:
Terimakasih Pak AP, selamat dengan kelahiran anak
kedua.... Prinsip utama dalam pengasuhan
dan mengatasi rasa cemas adalah Bapak perlu menenangkan diri dahulu atas Rasa
Cemas nya ini. Cara-caranya bisa bapak lakukan dari materi yang sudah saya
sampaikan. Dan, penting untuk menambah juga Pengetahuan Tentang Tahapan Perkembangan
Anak Usia 0-5 tahun & Sibling Rivalry. Dengan Pengetahuan ini, Bapak dan
Ibu menjadi tahu bahwa Kakak sedang berada di tahap REGRESI, atau kembali ke
tahap usia bayi kembali karena kehadiran bayi. Yang Kakak perlukan adalah
Perhatian Penuh juga seperti yang diperoleh adik bayinya. Ada rasa Iri. Untuk mengatasi over actingnya, tantrum,
ngamuk.... Bapak namai perasaan Kakak dibalik ngamuk nya itu apa ? "
Kakak, kesal nya kami gendong adik dideketin sama tamu?" "Kakak ingin
juga dideketin?"..... ini bagian Cara Bicara Dengan Anak dengan Menamai
Perasaan, agar ia mau Bekerja Sama sebagai Kakak terhadap Adiknya
Pertanyaan 2
Pak A dari Jakarta Selatan
Istri saya termasuk org yg cerdas dlm pendidikan, bhkan
ketika kuliah ia memiliki nilai cumlaude, skrg ia bekerja dan sedang hamil 2
bulan, umur pernikahan kami bru 4 bulan, krakter istri yg kuat memuat kadang
saya sering mengalah demi dia, diam ketika berdebat dan mengikuti kemauan nya
jd solusi saya meredakan masalah keluarga. Pertanyaan saya, apa yg saya lakukan
sudah benar, dan bagaimana cara saya meredam karakter istri agar peran saya sbg
suami bs jd central bgi keluarga?
Jawaban:
Terimakasih Bapak A. Dalam konteks penyesuaian diri
menjadi Suami, Bapak dan Ibu perlu membahas tentang Tujuan Pernikahan yang
disertai dengan Berbagi PERAN, juga Cara Bicara Laki-laki dan Perempuan. Karena
hal ini proses dalam memperkuat RELASI PASUTRI.
Bila Bapak menggunakan CARA Mengalah, Diam dan Mengikuti kemauannya
terus menerus, Cara-cara ini menjadi tidak tepat digunakan untuk jangka
panjang. Cara Bicara Laki-laki dan Perempuan yang memang berbeda, amat perlu
dipelajari oleh PASUTRI. Silahkan klik
di Youtube, Perbedaan Bicara Suami & Istri dari segi Otak, dibawakan oleh
dokter Aisyah Dahlan. Perlu juga dipahami bahwa amat sulit mengharapkan
karakter pasangan BERUBAH bila ia sendiri TIDAK MAU berubah. Artinya, PERUBAHAN
bisa terjadi bila ia MAU berubah atau Bapak A berubah cara-cara mengatasinya.
Bila ada PERUBAHAN dari salah satu pasangan, akan juga mengubah pasangannya.
ini prinsip dari Law of Attraction.
Demikian pak. terimakasih.
Pertanyaan 3
Pak YU dari Bengkulu
Pasca kelahiran anak pertama saya, saya sering merasakan
panik dan khawatir serta ketakutan yg berlebihan, smpai mempengaruhi fisik
(gemetar, berkunang2, dll) ketika panik terjadi. Apa ini ada hubungannya dengan
psikologis saya yg baru saja mndapatkan putra? Trmksih.
Jawaban:
Waalaikum salam wrwb Pak YU di Bengkulu..... Selamat
Berperan Menjadi Ayah..... Ada Ayah yang mengalami kecemasan dalam kadar yang
sedikit saat hadir bayinya, lalu dari rasa cemas ini Ayah mencari cara
mengatasi cemasnya. Namun ada pula yang mengalami kecemasan yang lebih tinggi,
seperti yang Pak Yudi alami, yang sudah dalam taraf mengganggu diri bapak dan
keluarga. Bila Pak Yudi terus berupaya belajar tentang PENGASUHAN BAYI dan
mencoba terus memahaminya, Insya Allah Pak Yudi akan mereda paniknya itu.
Namun, bila berlanjut kondisinya, segera meminta bantuan profesional seperti
konselor ataupun psikolog di Bengkulu, agar Pak Yudi bisa dibantu untuk
mengelola rasa paniknya ini. Insya Allah, akan ada perubahan yang lebih baik
bila Pak Yudi berupaya. Tetap semangat ya pak. trims
Pertanyaan 4
Pak B dari Padang
Saya menikah kurang lebih 3th, smp saat ini belum juga
mempunyai keturunan, kami suami istri sdh periksa dan dinyatakan sehat
keduanya. sampai skrg masih terus usaha namun yg menjadi masalah dan sangat
mengganggu kami adalah ketika berhadapan dg ortu, tetangga dan teman2 yg
menanyakan ttg keturunan ini kdg bukan solusi tp lebih menjadi tekanan bagi
kami. sehingga cenderung membuat saya terutama merasa gagal dlm berumah tangga.
mohon pencerahan dari bu psikolog. tks
Jawaban:
Selamat Siang Pak B di Padang..... Dalam konteks TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA,
akan selalu muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tugas
perkembangan manusi. Seperti, saat kuliah akan ada pertanyaan KAPAN SELESAI
kuliahnya ?, berlanjut dengan pertanyaan berikutnya adalah kapan kerja,
menikah, punya anak, anak sekolah, anak wisuda, anak kawin, dll? Bila Bapak dan Ibu
mengharapkan bahwa semua orang jangan bertanya hal seperti itu, rasanya tidak
mungkin ya pak.... Jadi, yang paling mungkin adalah Bapak & Ibu
bersama-sama menyiapkan JAWABAN nya. Kumpulkan sebanyak mungkin yang membuat
Bapak & Ibu nyaman-nyaman saja menjawabnya.
Memilih 'Tidak Menjawab Pertanyaan itu ' pun, boleh-boleh saja. Ada yang menjawab normatif "Terimakasih
udah bertanya, doakan ya". Ada juga yang menjawabnya dengan balik bertanya
"Oh Anda kepikiran kami belum dikaruniai putra?". atau bentuk-bentuk
jawaban lainnya. Semoga dengan ini,
Bapak dan Ibu bisa saling menguatkan perasaan dan saling mendukung satu sama
lain atas Pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Demikian, trims.
Saya tambahkan ..... Pak, apa makna pernikahan dalam diri
bapak ? apakah akan disebut gagal bila
belum diberikan keturunan ? bisakah
bapak menemukan makna kebahagiaan dalam pernikahan yang bentuknya amat beragam
? apakah pertanyaan-pertanyaan orang lain itu, bapak ijinkan pada diri bapak
adalah sebagai tekanan? Silahkan
direnungkan kembali ya pak.... bahwa kegagalan pernikahan biasanya disebabkan
banyak faktor dan pertanyaan tentang keturunan bukan menjadi faktor utama
kegagalan pernikahan. Jadi, berfokuslah pada upaya, doa dan penerimaan diri
atas apa-apa nikmat yang banyak yang bapak ibu dapatkan.
Dengan mertua, memang diperlukan ketrampilan untuk
menjawabnya pak... karena ada faktor adab, budaya dan kesantunan. Tapi intinya,
siapapun yang bertanya akan kembali ke PENERIMAAN Bapak dan Ibu sendiri, Apakah
akan mengijinkan Pertanyaan tersebut sebagai TEKANAN atau bukan ? karena amat
penting bagi KESIAPAN MENTAL bapak dan ibu. Jika mengijinkan sebagai TEKANAN,
tentu akan terus terasa menekan. Namun bila dianggap bukan tekanan, disikapi
dengan netral, tentu akan lebih lapang hati buat bapak dan ibu. Bila lapang
hati, insya allah seluruh otak tubuh dan rasa akan terus menerus menyiapkan
diri untuk kehadiran keturunan bila memang sudah waktunya. demikian, trims
Pertanyaan 5
Pak PI dari Bekasi
Saya dan istri sama-sama bekerja. Sangat sulit bagi kami
untuk mengatur waktu mengurus anak-anak. Jadi, kami berencana mencari pengurus
(baby sitter). Sy cemas banget soal *pengasuhannya, berkurangnya interaksi saya
dengan anak, nanti anak sy bener apa nggak diasuh nya, bagaimana kesehatan nya,
sempet juga kepikiran harus ada yg resign salah satu*.
Bagaimana ya saya bisa mengatasi kecemasan-kecemasan itu
biar kerja juga enak gitu.
Jawaban:
Tantangan dan Tanggung Jawab Ayah Ibu yang bekerja,
memang lebih beragam, salah satunya soal waktu. Bapak dan Ibu, duduk kembali
bersama-sama merumuskan tentang PEMBAGIAN TUGAS, apa tujuannya mengasuh anak,
bagaimana menjalankannya, dll. Harus saling Kerjasama, bisa berkomunikasi yang
baik dan juga punya KETANGGUHAN menjalani pengasuhan ini. Upaya yang diatas
rata rata.... Juga bila ada Pengasuh, tentunya diajari juga pengasuh ini
tentang Parenting yang menjadi TUJUAN bapak dan ibu. Tidak selamanya
kecemasan-kecemasan itu harus ditiadakan....justru tetap diperlukan dalam kadar
yang cukup agar Bapak dan Ibu terus berupaya mencari SOLUSI atas Pengasuhan dan
Pernikahan.... trims
Pertanyaan 6
Pak AD dari Padang
Bagaimana mengatasi anak umur 5-6 th yang kurang percaya
diri, sering tidak percaya org tua dan terkadang berbuat kasar terhadap orang
tua..?
terima kasih.
Jawaban:
Waalaikum salam wr wb Pak Adi di Padang.... Pak, perilaku anak usia 5-6 tahun sering kali
meniru dari orang-orang di sekitarnya. meniru dengan cara melihat, mendengar,
mengalami. Jadi, bila bapak ingin anak
percaya diri, berilah Kepercayaan pada dia sesering mungkin. Misalnya, bapak
percaya dia bisa ambil gelas sendiri dan mencucinya. Bila ingin anak berbuat
baik, bersikaplah baik pada anak itu,
misalnya bila ia tidak sengaja mecahin gelas maka ortu bukan memarahinya tetapi
mengajarinya memegang gelas dengan aman sehingga tidak jatuh lagi. tanyakan juga
PERASAAN nya dan utamakan KESELAMATANnya, "Kamu kaget ya Nak pecah
gelasmu, ada luka ke badan ? Alhamdulillah engga luka. Kita bereskan yuk
". Kadang kita menganggap anak
'BERBUAT KASAR' pada orang tua, tetapi perlu dilihat kembali yang disebut
'BERBUAT KASAR" itu saat ia berperilaku apa? Seringkali orang tua memberi
"LABEL" pada perilaku anak, dan bisa jadi tidak tepat dengan yang
dilakukan anak. Belajar terus tentang
parenting dan tumbuh kembang anak ya pak. Mengajari pengasuh tentang Parenting,
bukan berarti melepaskan tugas bapak dan ibunya sebagai ortunya ya pak.
Pertanyaan 7
Pak IN dari Banjarmasin
Saya baru menikah 1 tahun 2 bulan alhamdulillah di
karuniai anak laki2 sedang berumur 3 bulan. Izin bertanya. Subhanallah saya
juga mengalami hal yang sama seperti bapak A dari jakarta, bahkan tabiat istri
saya lebih buruk menurut pribadi saya setiap ada pembicaraan akan berujung
keributan bahkan tidak segan mengatakan minta cerai,sampai2 saya sendiri
dilarang mengunjungi ortu saya,
Apakah kita selalu bersabar demi anak melanjutkan rumah
tangga,atau ada cara memperbaiki tabiat istri saya dok?
Jawaban:
Waalaikum salam wr wb Pak IN di banjarmasin.... Setelah
Ijab Kabul, Pasutri sebaiknya terus menerus menambah ILMU dan KETRAMPILAN dalam
berumah tangga. Seperti Mengetahui
Karakter-karakter keluarga besar dari masing-masing pihak, Teguhkan Kembali
TUJUAN PERNIKAHAN utk apa, Cara Bicara Dengan Pasangan Yang Nyaman, Kenali Cara
Kerja Otak Laki-Otak Perempuan saat bersikap, dll. Bila ada perselisihan dengan pasangan yang
belum ketemu solusinya, segera berupaya menghubungi konselor atau psikolog
pernikahan atau orang-orang yang kompeten lainnya. Jangan ditunda-tunda dan
diabaikan, karena pengabaian yang terlalu lama dengan dalih 'Sabar', belum tentu
ketemu caranya dan konflik menjadi berlanjut kian membesar.
Penutup dari Narasumber
Dalam Mengatasi Kecemasan saat ada situasi-situasi
tertentu, perlu untuk bertanya kembali pada diri sendiri "Apa manfaatnya
bagi saya keadaan cemas di situasi ini hadir pada diri saya? Apakah Rasa Cemas
yang saya rasakan ini ada manfaatnya apa tidak ?". Dengan demikian, ada dialog dalam diri untuk
menyikapi nya bagaimana. Semangat terus
ya untuk para suami, kandidat Ayah, para ayah untuk terus mencari ilmu dan ketrampilan
bagi diri, pasangan dan anak-anaknya karena pasangan dan anak membutuhkan peran
anda.
Kajian ini diselenggarakan dalam WA Group “Kelas
edu-KASIH”
No comments:
Post a Comment