Thursday, 15 November 2018

Peran Suami dalam Mengelola Kecemasan Pasangan Suami Isteri (Terutama Keluarga Baru)

KAJIAN DARING KELAS edu-KASIH (Seharusnya diposting tahun 2017)

Hari, Tanggal : Selasa, 14 November 2017
Pukul : 11.00 – 12.10 WIB
Tema Kajian : Peran Suami dalam Mengelola Kecemasan Pasangan Suami Isteri, Terutama Keluarga Baru
Narasumber : Tanti Diniyanti, S.Psi., Psikolog.
Moderator : Abu Khalid

Materi Pengantar Kajian:
(Dikirimkan oleh Narasumber dalam format PDF)

Sesi Tanya Jawab:

Pertanyaan 1
Pak AP dari Bekasi

Saya ayah, alhamdulillah dikaruniai 2 anak, laki-laki dan perempuan. Saya mau bertanya.
Saya sering cemas ngeliat anak pertama saya (laki-laki), 2 tahun 10 bulan yg suka over acting, tantrum, ngamuk2 kalo ada orang yg nengok adenya yg masih bayi..  Kayak cemburu gitu. Cara mengatasi nya gmn ya?

Jawaban:

Terimakasih Pak AP, selamat dengan kelahiran anak kedua....  Prinsip utama dalam pengasuhan dan mengatasi rasa cemas adalah Bapak perlu menenangkan diri dahulu atas Rasa Cemas nya ini. Cara-caranya bisa bapak lakukan dari materi yang sudah saya sampaikan. Dan, penting untuk menambah juga Pengetahuan Tentang Tahapan Perkembangan Anak Usia 0-5 tahun & Sibling Rivalry. Dengan Pengetahuan ini, Bapak dan Ibu menjadi tahu bahwa Kakak sedang berada di tahap REGRESI, atau kembali ke tahap usia bayi kembali karena kehadiran bayi. Yang Kakak perlukan adalah Perhatian Penuh juga seperti yang diperoleh adik bayinya. Ada rasa Iri.      Untuk mengatasi over actingnya, tantrum, ngamuk.... Bapak namai perasaan Kakak dibalik ngamuk nya itu apa ? " Kakak, kesal nya kami gendong adik dideketin sama tamu?" "Kakak ingin juga dideketin?"..... ini bagian Cara Bicara Dengan Anak dengan Menamai Perasaan, agar ia mau Bekerja Sama sebagai Kakak terhadap Adiknya

Pertanyaan 2
Pak A dari Jakarta Selatan

Istri saya termasuk org yg cerdas dlm pendidikan, bhkan ketika kuliah ia memiliki nilai cumlaude, skrg ia bekerja dan sedang hamil 2 bulan, umur pernikahan kami bru 4 bulan, krakter istri yg kuat memuat kadang saya sering mengalah demi dia, diam ketika berdebat dan mengikuti kemauan nya jd solusi saya meredakan masalah keluarga. Pertanyaan saya, apa yg saya lakukan sudah benar, dan bagaimana cara saya meredam karakter istri agar peran saya sbg suami bs jd central bgi keluarga?

Jawaban:

Terimakasih Bapak A. Dalam konteks penyesuaian diri menjadi Suami, Bapak dan Ibu perlu membahas tentang Tujuan Pernikahan yang disertai dengan Berbagi PERAN, juga Cara Bicara Laki-laki dan Perempuan. Karena hal ini proses dalam memperkuat RELASI PASUTRI.  Bila Bapak menggunakan CARA Mengalah, Diam dan Mengikuti kemauannya terus menerus, Cara-cara ini menjadi tidak tepat digunakan untuk jangka panjang. Cara Bicara Laki-laki dan Perempuan yang memang berbeda, amat perlu dipelajari oleh PASUTRI.  Silahkan klik di Youtube, Perbedaan Bicara Suami & Istri dari segi Otak, dibawakan oleh dokter Aisyah Dahlan. Perlu juga dipahami bahwa amat sulit mengharapkan karakter pasangan BERUBAH bila ia sendiri TIDAK MAU berubah. Artinya, PERUBAHAN bisa terjadi bila ia MAU berubah atau Bapak A berubah cara-cara mengatasinya. Bila ada PERUBAHAN dari salah satu pasangan, akan juga mengubah pasangannya. ini prinsip dari Law of Attraction.    Demikian pak. terimakasih.


Pertanyaan 3
Pak YU dari Bengkulu

Pasca kelahiran anak pertama saya, saya sering merasakan panik dan khawatir serta ketakutan yg berlebihan, smpai mempengaruhi fisik (gemetar, berkunang2, dll) ketika panik terjadi. Apa ini ada hubungannya dengan psikologis saya yg baru saja mndapatkan putra? Trmksih.

Jawaban:

Waalaikum salam wrwb Pak YU di Bengkulu..... Selamat Berperan Menjadi Ayah..... Ada Ayah yang mengalami kecemasan dalam kadar yang sedikit saat hadir bayinya, lalu dari rasa cemas ini Ayah mencari cara mengatasi cemasnya. Namun ada pula yang mengalami kecemasan yang lebih tinggi, seperti yang Pak Yudi alami, yang sudah dalam taraf mengganggu diri bapak dan keluarga. Bila Pak Yudi terus berupaya belajar tentang PENGASUHAN BAYI dan mencoba terus memahaminya, Insya Allah Pak Yudi akan mereda paniknya itu. Namun, bila berlanjut kondisinya, segera meminta bantuan profesional seperti konselor ataupun psikolog di Bengkulu, agar Pak Yudi bisa dibantu untuk mengelola rasa paniknya ini. Insya Allah, akan ada perubahan yang lebih baik bila Pak Yudi berupaya. Tetap semangat ya pak. trims

Pertanyaan 4
Pak B dari Padang

Saya menikah kurang lebih 3th, smp saat ini belum juga mempunyai keturunan, kami suami istri sdh periksa dan dinyatakan sehat keduanya. sampai skrg masih terus usaha namun yg menjadi masalah dan sangat mengganggu kami adalah ketika berhadapan dg ortu, tetangga dan teman2 yg menanyakan ttg keturunan ini kdg bukan solusi tp lebih menjadi tekanan bagi kami. sehingga cenderung membuat saya terutama merasa gagal dlm berumah tangga. mohon pencerahan dari bu psikolog. tks

Jawaban:

Selamat Siang Pak B di Padang.....  Dalam konteks TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA, akan selalu muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tugas perkembangan manusi. Seperti, saat kuliah akan ada pertanyaan KAPAN SELESAI kuliahnya ?, berlanjut dengan pertanyaan berikutnya adalah kapan kerja, menikah, punya anak, anak sekolah, anak wisuda, anak kawin, dll?                 Bila Bapak dan Ibu mengharapkan bahwa semua orang jangan bertanya hal seperti itu, rasanya tidak mungkin ya pak.... Jadi, yang paling mungkin adalah Bapak & Ibu bersama-sama menyiapkan JAWABAN nya. Kumpulkan sebanyak mungkin yang membuat Bapak & Ibu nyaman-nyaman saja menjawabnya.  Memilih 'Tidak Menjawab Pertanyaan itu ' pun, boleh-boleh saja.   Ada yang menjawab normatif "Terimakasih udah bertanya, doakan ya". Ada juga yang menjawabnya dengan balik bertanya "Oh Anda kepikiran kami belum dikaruniai putra?". atau bentuk-bentuk jawaban lainnya.  Semoga dengan ini, Bapak dan Ibu bisa saling menguatkan perasaan dan saling mendukung satu sama lain atas Pertanyaan-pertanyaan tersebut.  Demikian, trims.

Saya tambahkan ..... Pak, apa makna pernikahan dalam diri bapak ?  apakah akan disebut gagal bila belum diberikan keturunan ?  bisakah bapak menemukan makna kebahagiaan dalam pernikahan yang bentuknya amat beragam ? apakah pertanyaan-pertanyaan orang lain itu, bapak ijinkan pada diri bapak adalah sebagai tekanan?        Silahkan direnungkan kembali ya pak.... bahwa kegagalan pernikahan biasanya disebabkan banyak faktor dan pertanyaan tentang keturunan bukan menjadi faktor utama kegagalan pernikahan. Jadi, berfokuslah pada upaya, doa dan penerimaan diri atas apa-apa nikmat yang banyak yang bapak ibu dapatkan.

Dengan mertua, memang diperlukan ketrampilan untuk menjawabnya pak... karena ada faktor adab, budaya dan kesantunan. Tapi intinya, siapapun yang bertanya akan kembali ke PENERIMAAN Bapak dan Ibu sendiri, Apakah akan mengijinkan Pertanyaan tersebut sebagai TEKANAN atau bukan ? karena amat penting bagi KESIAPAN MENTAL bapak dan ibu. Jika mengijinkan sebagai TEKANAN, tentu akan terus terasa menekan. Namun bila dianggap bukan tekanan, disikapi dengan netral, tentu akan lebih lapang hati buat bapak dan ibu. Bila lapang hati, insya allah seluruh otak tubuh dan rasa akan terus menerus menyiapkan diri untuk kehadiran keturunan bila memang sudah waktunya.  demikian, trims

Pertanyaan 5
Pak PI dari Bekasi

Saya dan istri sama-sama bekerja. Sangat sulit bagi kami untuk mengatur waktu mengurus anak-anak. Jadi, kami berencana mencari pengurus (baby sitter). Sy cemas banget soal *pengasuhannya, berkurangnya interaksi saya dengan anak, nanti anak sy bener apa nggak diasuh nya, bagaimana kesehatan nya, sempet juga kepikiran harus ada yg resign salah satu*.
Bagaimana ya saya bisa mengatasi kecemasan-kecemasan itu biar kerja juga enak gitu.

Jawaban:

Tantangan dan Tanggung Jawab Ayah Ibu yang bekerja, memang lebih beragam, salah satunya soal waktu. Bapak dan Ibu, duduk kembali bersama-sama merumuskan tentang PEMBAGIAN TUGAS, apa tujuannya mengasuh anak, bagaimana menjalankannya, dll. Harus saling Kerjasama, bisa berkomunikasi yang baik dan juga punya KETANGGUHAN menjalani pengasuhan ini. Upaya yang diatas rata rata.... Juga bila ada Pengasuh, tentunya diajari juga pengasuh ini tentang Parenting yang menjadi TUJUAN bapak dan ibu. Tidak selamanya kecemasan-kecemasan itu harus ditiadakan....justru tetap diperlukan dalam kadar yang cukup agar Bapak dan Ibu terus berupaya mencari SOLUSI atas Pengasuhan dan Pernikahan.... trims

Pertanyaan 6
Pak AD dari Padang

Bagaimana mengatasi anak umur 5-6 th yang kurang percaya diri, sering tidak percaya org tua dan terkadang berbuat kasar terhadap orang tua..?
terima kasih.

Jawaban:

Waalaikum salam wr wb Pak Adi di Padang....  Pak,  perilaku anak usia 5-6 tahun sering kali meniru dari orang-orang di sekitarnya. meniru dengan cara melihat, mendengar, mengalami.  Jadi, bila bapak ingin anak percaya diri, berilah Kepercayaan pada dia sesering mungkin. Misalnya, bapak percaya dia bisa ambil gelas sendiri dan mencucinya. Bila ingin anak berbuat baik,  bersikaplah baik pada anak itu, misalnya bila ia tidak sengaja mecahin gelas maka ortu bukan memarahinya tetapi mengajarinya memegang gelas dengan aman sehingga tidak jatuh lagi. tanyakan juga PERASAAN nya dan utamakan KESELAMATANnya, "Kamu kaget ya Nak pecah gelasmu, ada luka ke badan ? Alhamdulillah engga luka. Kita bereskan yuk ".   Kadang kita menganggap anak 'BERBUAT KASAR' pada orang tua, tetapi perlu dilihat kembali yang disebut 'BERBUAT KASAR" itu saat ia berperilaku apa?     Seringkali orang tua memberi "LABEL" pada perilaku anak, dan bisa jadi tidak tepat dengan yang dilakukan anak.   Belajar terus tentang parenting dan tumbuh kembang anak ya pak. Mengajari pengasuh tentang Parenting, bukan berarti melepaskan tugas bapak dan ibunya sebagai ortunya ya pak.

Pertanyaan 7
Pak IN dari Banjarmasin

Saya baru menikah 1 tahun 2 bulan alhamdulillah di karuniai anak laki2 sedang berumur 3 bulan. Izin bertanya. Subhanallah saya juga mengalami hal yang sama seperti bapak A dari jakarta, bahkan tabiat istri saya lebih buruk menurut pribadi saya setiap ada pembicaraan akan berujung keributan bahkan tidak segan mengatakan minta cerai,sampai2 saya sendiri dilarang mengunjungi ortu saya,
Apakah kita selalu bersabar demi anak melanjutkan rumah tangga,atau ada cara memperbaiki tabiat istri saya dok?

Jawaban:

Waalaikum salam wr wb Pak IN di banjarmasin.... Setelah Ijab Kabul, Pasutri sebaiknya terus menerus menambah ILMU dan KETRAMPILAN dalam berumah tangga.  Seperti Mengetahui Karakter-karakter keluarga besar dari masing-masing pihak, Teguhkan Kembali TUJUAN PERNIKAHAN utk apa, Cara Bicara Dengan Pasangan Yang Nyaman, Kenali Cara Kerja Otak Laki-Otak Perempuan saat bersikap, dll.    Bila ada perselisihan dengan pasangan yang belum ketemu solusinya, segera berupaya menghubungi konselor atau psikolog pernikahan atau orang-orang yang kompeten lainnya. Jangan ditunda-tunda dan diabaikan, karena pengabaian yang terlalu lama dengan dalih 'Sabar', belum tentu ketemu caranya dan konflik menjadi berlanjut kian membesar.


Penutup dari Narasumber

Dalam Mengatasi Kecemasan saat ada situasi-situasi tertentu, perlu untuk bertanya kembali pada diri sendiri "Apa manfaatnya bagi saya keadaan cemas di situasi ini hadir pada diri saya? Apakah Rasa Cemas yang saya rasakan ini ada manfaatnya apa tidak ?".   Dengan demikian, ada dialog dalam diri untuk menyikapi nya bagaimana.      Semangat terus ya untuk para suami, kandidat Ayah, para ayah untuk terus mencari ilmu dan ketrampilan bagi diri, pasangan dan anak-anaknya karena pasangan dan anak membutuhkan peran anda.


Kajian ini diselenggarakan dalam WA Group “Kelas edu-KASIH”

No comments:

Post a Comment